Bentuk Bakti ke Negeri Lewat Peti Mati
January 29, 2021 By Cynthia Off

Bentuk Bakti ke Negeri Lewat Peti Mati

Lie A Min, seorang pebisnis furniture, cuman dapat pasrah. Adik iparnya jadi satu dari demikian beberapa korban Covid-19. Kalah di periode perawatan, satu kembali nyawa yang direnggut oleh wabah ini. Si adik ipar hembuskan napas terakhir kalinya dalam ruangan isolasi.

 

Demikian jumlahnya korban, sampai rumah sakit juga kekurangan peti mati. Hati Lie makin remuk waktu adik iparnya harus dipendamkan dengan peti seadanya. Tidak berapakah lama, besan ia wafat sebab Covid-19, dan nyaris dipendamkan dengan peti yang menurut dia tidak pantas.

Periode pucuk kematian di bulan April 2020 lalu sekarang mempunyai makna duka tertentu untuk Lie A Min. Terpikir akan nasib adik ipar dan besannya, Lie pengin dapat berbakti untuk negara dan warga yang terimbas wabah. Tidak berapakah lama, inspirasi untuk bikin peti mati juga tampil.

“Orang Covid Center telephone saya. Ia ngomong, maaf tempo hari kita tidak punyai peti. Lagi saya ngomong, mengapa ibu. Ia ngomong sebab yang wafat semakin banyak dibanding kita dapat persiapkan peti,” papar Lie ke Team Berani Berbeda.

“Jadi terdorong hati saya. Saya ngomong, ibu ingin tidak saya bantuin. Nah satu minggu selanjutnya, ibu itu sama 3 orang tiba ke pabrik saya, saksikan peti yang kita bikin contoh itu, dan ia minta bantuan, dapat tidak buat 720 peti. Buat kita tiap hari 50. Nah di sanalah kita baru memulai,” ikat Lie.

Walau keuntungan pemasaran furniture Lie masih baik di periode wabah, ia masih berkemauan menghasilkan peti mati. Sehari-harinya, pabrik Lie dapat hasilkan 50 sampai 75 buah peti mati. Waktu itu, cuman untuk di Jakarta.

Saat ini, Lie telah kirim peti matinya ke sebagian besar sisi Indonesia. Keseluruhannya, Lie telah membuat lebih dari 5.000 peti mati.

“Kita gunakan container. Jika sampai ke Merauke kita kirim, tempo hari ke Tenggarong, dan ke wilayah sanalah. Ke Timika,” terang Lie.

Masalah keuntungan, Lie akui ia tidak pikirkan hal tersebut. Karena, tujuannya ialah menolong, bukan manfaatkan keadaan. Modal yang dipunyai oleh Covid Center waktu itu cuman Rp 1 juta untuk 1 peti, dan Lie juga bersedia.

“Saya dapat saksikan bahasa badannya cemas sekali. Jika saya jahat, Rp 1,5 juta ia bayar, sebab ia tidak ada peti. Tetapi saya cinta Indonesia lah. Kita rasakan, mengapa tidak lakukan suatu hal untuk negara kita ini dalam pandemi ya,” papar Lie.

Lie mengharap supaya warga Indonesia yang lain dapat turut terjamah dan ikut berperan untuk negara. Ia memberi pesan supaya warga mengikuti prosedur kesehatan.

“Ada Presiden Amerika menjelaskan, jangan bertanya apa yang negara Anda dapat kerjakan untuk Anda, tetapi tanya dalam diri Anda apa yang dapat Anda kerjakan untuk negara Anda. Jadi saat ini kita berbaktilah ke negara dan bangsa kita,” Lie akhiri.

Tentunya narasi dari Lie jadi cerita inspiratif untuk tidak mudah menyerah ketika keadaan tersuruk. Yok, turuti cerita Lie atau yang lain dalam Program Berani Berbeda, hasil kerjasama di antara SCTV, Indosiar bersama medium digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tampil di Stasiun Tv SCTV tiap Senin di Program Liputan6 Pagi jam 04.30 WIB, dan akan tampil di Liputan6.com dan Merdeka.com pada jam 06.00 WIB pada hari yang serupa.